CALIFORNIA, KOMPAS.com - Sejumlah tim peneliti menemukan 18 planet baru. Planet-planet baru itu ditemukan oleh tim astronom yang dipimpin oleh ilmuwan di Institut Teknologi California (Caltech), Amerika Serikat. Planet-planet tersebut serupa Jupiter.
"Ini pengumuman terbesar tentang planet di orbit sekitar bintang-bintang lebih besar dari matahari, selain dari penemuan yang dibuat oleh misi Kepler," kata John Johnson, asisten profesor astronomi di Caltech , seperti dikutip ScienceDaily, Jumat (2/11/2011) atau Sabtu (3/11/2011) WIB.
Temuan 18 planet itu diterbitkan dalam edisi Desember Astrophysical Journal. Misi Kepler adalah teleskop ruang yang sejauh ini telah mengidentifikasi lebih dari 1.200 planet mungkin, meskipun mayoritas dari mereka belum dikonfirmasi.
Menggunakan Observatorium Keck di Hawaii -- dengan tindak lanjut pengamatan menggunakan Observatorium McDonald dan Fairborn di Texas dan Arizona--masing - para peneliti mensurvei sekitar 300 bintang.
Mereka berfokus pada bintang tipe A "pensiun", suatu jenis bintang yang lebih dari satu setengah kali lebih besar dari matahari Untuk mencari planet-planet, para astronom mencari bintang dari jenis yang bergoyang, yang disebabkan oleh tarikan gravitasi planet yang mengorbit. Tim menemukan 18 planet dengan massa serupa dengan Jupiter.
Johnson mengatakan, penemuan ini merupakan karunia baru yang menandai peningkatan 50 persen dalam jumlah planet yang mengorbit bintang-bintang besar yang dikenal. Penemuan ini menyediakan informasi tak ternilai dari sistem planet untuk memahami bagaimana planet -- dan sistem surya kita -- bisa terbentuk.
Para peneliti mengatakan bahwa temuan juga memberikan dukungan lebih lanjut untuk teori bahwa planet-planet tumbuh dari benih yang menumpuk partikel gas dan debu pada sabuk yang mengelilingi sebuah bintang baru lahir.
Dalam teori lain, planet-planet terbentuk ketika sejumlah besar gas dan debu di sabuk spontan runtuh menjadi gumpalan padat yang kemudian menjadi planet. Tapi di foto temuan ini, ternyata massa bintang tidak mempengaruhi jenis-jenis planet yang diproduksi.
Sejauh ini, karena jumlah planet yang ditemukan telah tumbuh, astronom menemukan bahwa massa bintang tampaknya tidak menjadi penting dalam menentukan prevalensi planet raksasa. Planet-planet yang baru ditemukan lebih mendukung teori pertama, yang menyatakan bahwa planet-planet lahir dari partikel benih
0 Comments
Observatorium antariksa milik NASA, Kepler, menemukan planet yang berada pada lokasi yang cukup nyaman bagi munculnya kehidupan. Temuan ini menjadi temuan planet layak huni pertama oleh wahana yang beroperasi sejak tahun 2009 ini.
Planet baru tersebut bernama Kepler-22b, berukuran sekitar 2,4 kali radius Bumi. Orbit planet ini berukuran 0,85 kali jarak Bumi-matahari. Diperlukan waktu sekitar 290 hari bagi planet ini untuk memutari bintang induknya.
"Temuan ini menjadi tonggak penting dalam pencarian kembaran Bumi," ujar ilmuwan dari misi Kepler, Douglas Hudgins.
Bintang induk Kepler-22b berada sejauh 600 tahun cahaya dari Bumi. Bintang ini tergolong sebagai bintang kelas G yang sangat mirip dengan matahari.
Zona layak huni bintang ini berukuran 0,7-1,2 kali jarak Bumi-matahari. Dengan demikian, Kepler-22b berada di sisi terdalam dari kawasan yang sanggup menopang kehidupan ini. Air dalam fasa cair, serta oksigen dalam jumlah melimpah sangat mungkin ada di permukaan planet ini.
Proses penemuan planet ini dilakukan menggunakan metode transit. Observatorium mengamati perubahan cahaya bintang setiap saat dan menunggu planet melintas di depan bintang tersebut. Saat dilintasi planet, terang bintang berubah drastis. Dari perubahan terang ini, ilmuwan bisa mengetahui radius, jarak orbit, dan periode orbit planet.
Bersamaan dengan temuan planet layak huni ini, misi Kepler juga mencatat 1.000 kandidat planet baru. Dugaan sementara, 10 planet yang berada di dalam daftar juga berukuran setara dengan Bumi dan berada di dalam zona. Namun, dibutuhkan observasi lanjutan untuk mengkonfirmasi dugaan ini.
NASA | ANTON WILLIAM
Planet baru tersebut bernama Kepler-22b, berukuran sekitar 2,4 kali radius Bumi. Orbit planet ini berukuran 0,85 kali jarak Bumi-matahari. Diperlukan waktu sekitar 290 hari bagi planet ini untuk memutari bintang induknya.
"Temuan ini menjadi tonggak penting dalam pencarian kembaran Bumi," ujar ilmuwan dari misi Kepler, Douglas Hudgins.
Bintang induk Kepler-22b berada sejauh 600 tahun cahaya dari Bumi. Bintang ini tergolong sebagai bintang kelas G yang sangat mirip dengan matahari.
Zona layak huni bintang ini berukuran 0,7-1,2 kali jarak Bumi-matahari. Dengan demikian, Kepler-22b berada di sisi terdalam dari kawasan yang sanggup menopang kehidupan ini. Air dalam fasa cair, serta oksigen dalam jumlah melimpah sangat mungkin ada di permukaan planet ini.
Proses penemuan planet ini dilakukan menggunakan metode transit. Observatorium mengamati perubahan cahaya bintang setiap saat dan menunggu planet melintas di depan bintang tersebut. Saat dilintasi planet, terang bintang berubah drastis. Dari perubahan terang ini, ilmuwan bisa mengetahui radius, jarak orbit, dan periode orbit planet.
Bersamaan dengan temuan planet layak huni ini, misi Kepler juga mencatat 1.000 kandidat planet baru. Dugaan sementara, 10 planet yang berada di dalam daftar juga berukuran setara dengan Bumi dan berada di dalam zona. Namun, dibutuhkan observasi lanjutan untuk mengkonfirmasi dugaan ini.
NASA | ANTON WILLIAM
Hajimemashite
Watashi wa Diah Ulil Albab desu
Ulil desu
yoroshiku onegai shimasu
Arti dari kalimat diatas kurang lebih adalah:
Perkenalkan, nama saya Diah Ulil Albab panggil saja saya Ulil, mohon bimbingannya...
Alasan mengapa saya menggunakan bahasa jepang untuk perkenalan tadi adalah karena saya sangat menyukai bahasa jepang. Saya mulai mengagumi jepang semenjak saya SD (wuihh gak kerasa udah lama banget) dan baru SMA ini saya mulai belajar bahasa jepang. Dan salah satu dari impian saya adalah bisa mendapatkan beasiswa ke Jepang (Amiiin Ya Allah).Saking senengnya aku sama jepang aku sampek punya keinginan untuk mkembeli semua buku yang dibuat oleh orang jepang. Kalau sekarang sih masih sedikit buku yang bisa ku beli, habis jarang banget sih buku karangan orang jepang hehehe. Dan untuk sementara waktu keinginanku itu harus kutunda karena harus menyiapkan diri untuk ujian nasional dan SNMPTN. Tapi mudah-mudahan aku bisa diterima di PTN melaui jalur SNMPTN undangan (Amin).
Aku berencana untuk melanjutkan sekolah ke Universitas Gadjah Mada (UGM) fakultas biologi dan aku harap bisa diterima.Kenapa aku memilih jurusan biologi? Karena (kok kayaknya udah kebanyakan kerena deh...) bologi adalah mapel favoritku walaupun nilai tidak terlalu bagus-bagus amat tapi kalau uadah dasarnya suka ya mau gimana lagi.Menurutku biologi tu sangat menyenangkan, bisa mengerti seluk beluk kehidupan dan melakukan experimen.
Hmm, sekarang ku mau cerita tentang diriku (emang tadi belum?).
Aku adalah seorang anak perempuan yang lahir dari sebuah keluarga yang sederhana dan bertempat tinggal di desa Doho kecamatan Dolopo kabupaten Madiun provinsi Jawa Timur.Aku adalah anak ketiga dati tiga bersaudara yang lahir pada tanggal 27 Desember 1994. Hal yang paling kusukai adalah membaca buku dan mendengarkan musik. Artis yang paling kusukai adalah boyband dari korea. Nama boyband itu adalah SHINee. Kalo makanan favoritku adalah mie pangsit, entah kenapa aku kok suka sekali sama mie itu. Mungkin karena mie ramen di kotaku nggak ada jadi suka mie pangsit deh hehehe.Salah satu motto ku adalah Man Jadda Wajada yang kuambil dari salah satu buku yang kubaca dengan judul 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang artinya kurang lebih siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses. Sekarang aku berstatus sebagai siswa salah satu SMA negeri di kecamatan geger, namanya SMAN 1 Geger dan sekarang aku duduk di kelas XIIA3.Dan sebentar lagi aku harus menghadapi monster Unas dan SNMPTN, tapi semua itu harus kuhadapi dengan senyuman agar aku bisa melewatinya dengan baik.
Itulah sedikit cerita dari kehidupan yang sudah aku alami selama 16th ini. Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin aku ceritakan, tapi karena keterbatasan waktu dan tempat jadi hanya itu saja. Kapan-kapan aku sambung lagi. jangan khawatir hehehe.
Watashi wa Diah Ulil Albab desu
Ulil desu
yoroshiku onegai shimasu
Arti dari kalimat diatas kurang lebih adalah:
Perkenalkan, nama saya Diah Ulil Albab panggil saja saya Ulil, mohon bimbingannya...
Alasan mengapa saya menggunakan bahasa jepang untuk perkenalan tadi adalah karena saya sangat menyukai bahasa jepang. Saya mulai mengagumi jepang semenjak saya SD (wuihh gak kerasa udah lama banget) dan baru SMA ini saya mulai belajar bahasa jepang. Dan salah satu dari impian saya adalah bisa mendapatkan beasiswa ke Jepang (Amiiin Ya Allah).Saking senengnya aku sama jepang aku sampek punya keinginan untuk mkembeli semua buku yang dibuat oleh orang jepang. Kalau sekarang sih masih sedikit buku yang bisa ku beli, habis jarang banget sih buku karangan orang jepang hehehe. Dan untuk sementara waktu keinginanku itu harus kutunda karena harus menyiapkan diri untuk ujian nasional dan SNMPTN. Tapi mudah-mudahan aku bisa diterima di PTN melaui jalur SNMPTN undangan (Amin).
Aku berencana untuk melanjutkan sekolah ke Universitas Gadjah Mada (UGM) fakultas biologi dan aku harap bisa diterima.Kenapa aku memilih jurusan biologi? Karena (kok kayaknya udah kebanyakan kerena deh...) bologi adalah mapel favoritku walaupun nilai tidak terlalu bagus-bagus amat tapi kalau uadah dasarnya suka ya mau gimana lagi.Menurutku biologi tu sangat menyenangkan, bisa mengerti seluk beluk kehidupan dan melakukan experimen.
Hmm, sekarang ku mau cerita tentang diriku (emang tadi belum?).
Aku adalah seorang anak perempuan yang lahir dari sebuah keluarga yang sederhana dan bertempat tinggal di desa Doho kecamatan Dolopo kabupaten Madiun provinsi Jawa Timur.Aku adalah anak ketiga dati tiga bersaudara yang lahir pada tanggal 27 Desember 1994. Hal yang paling kusukai adalah membaca buku dan mendengarkan musik. Artis yang paling kusukai adalah boyband dari korea. Nama boyband itu adalah SHINee. Kalo makanan favoritku adalah mie pangsit, entah kenapa aku kok suka sekali sama mie itu. Mungkin karena mie ramen di kotaku nggak ada jadi suka mie pangsit deh hehehe.Salah satu motto ku adalah Man Jadda Wajada yang kuambil dari salah satu buku yang kubaca dengan judul 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang artinya kurang lebih siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses. Sekarang aku berstatus sebagai siswa salah satu SMA negeri di kecamatan geger, namanya SMAN 1 Geger dan sekarang aku duduk di kelas XIIA3.Dan sebentar lagi aku harus menghadapi monster Unas dan SNMPTN, tapi semua itu harus kuhadapi dengan senyuman agar aku bisa melewatinya dengan baik.
Itulah sedikit cerita dari kehidupan yang sudah aku alami selama 16th ini. Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin aku ceritakan, tapi karena keterbatasan waktu dan tempat jadi hanya itu saja. Kapan-kapan aku sambung lagi. jangan khawatir hehehe.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, langit pertengahan November 2011 ini juga akan menyajikan peristiwa menarik yang mengundang para skygazer untuk kembali melakukan penjelajahan. Kilatan-kilatan cahaya kecil yang akan mewarnai langit ini disebabkan oleh adanya meteor yang terbakar akibat bergesekan dengan atmosfer bumi. Ya, inilah yang dikenal dengan sebutan meteor shower atau hujan meteor.
Hujan meteor pada pertengahan November ini bernama Meteor Shower Leonids, karena meteor-meteor tersebut tampak bersumber dari Rasi Leo. Hujan Meteor Leonids ini terjadi karena orbit bumi yang sedang berdekatan dengan sisa-sisa debu yang berasal dari ekor Komet Tempel-Tuttle. Komet Tempel-Tuttle merupakan komet yang setiap 33 tahun sekali mengorbit di wilayah Tata Surya, sehingga ia meninggalkan jejak berupa partikel debu dari ekornya. Pada bulan November inilah orbit bumi mendekati dan melewati partikel sisa ekor Komet Tempel-Tuttle tersebut. Ketika sisa ekor komet tersebut bergesekan dengan atmosfer bumi maka akan menghasilkan kilatan-kilatan cahaya, dan inilah yang kita namakan sebagai Hujan Meteor Leonids. Hujan meteor ini tidaklah berbahaya bagi kehidupan di bumi, karena meteor-meteor ini akan habis terbakar di atmosfer sebelum mencapai permukaan, sehingga meteor ini hanya akan mempercantik langit malam, tidak lebih.
Hujan meteor ini dapat diamati oleh seluruh penduduk Indonesia dari tanggal 10 hingga 20 November, namun demikian puncak dari Hujan Meteor Leonids akan terjadi pada tanggal 18 November dengan intensitas 20 meteor per jam. Sementara itu, waktu yang terbaik untuk menyimak hujan meteor ini adalah pada pukul 02.00 hingga 04.30 dini hari.
Namun demikian, diluar kendali kita, observasi Hujan Meteor Leonids kali ini akan sedikit terganggu oleh pantulan cahaya rembulan, seperti pada Leonids tahun 2010 lalu yakni ketika bulan dalam fase waxing gibbous. Demikian pula dengan bulan pada tanggal 18 November 2011 nanti yang akan terbit bersamaan dengan rasi leo mulai pukul 23.43 WIB, dengan fase bulan pada kuartil akhir. Sementara itu, gangguan lain yang juga mengancam adalah kondisi cuaca, karena mengingat bulan November ini, Indonesia sudah memasuki musim penghujan.
Dalam observasi Hujan Meteor Leonids ini, yang perlu teman-teman siapkan hanyalah tanah lapang yang menyuguhkan kenampakan langit timur (Rasi Leo) dengan kondisi minim polusi cahaya. Selain itu, pengamatan hujan meteor juga tidak memerlukan alat bantu seperti halnya teleskop maupun binokuler, karena hal itu malah akan mempersempit ruang pandang kita, jadi cukup dengan mata telanjang dan ruang terbuka saja.
source: kafeastronomi.com
Hujan meteor pada pertengahan November ini bernama Meteor Shower Leonids, karena meteor-meteor tersebut tampak bersumber dari Rasi Leo. Hujan Meteor Leonids ini terjadi karena orbit bumi yang sedang berdekatan dengan sisa-sisa debu yang berasal dari ekor Komet Tempel-Tuttle. Komet Tempel-Tuttle merupakan komet yang setiap 33 tahun sekali mengorbit di wilayah Tata Surya, sehingga ia meninggalkan jejak berupa partikel debu dari ekornya. Pada bulan November inilah orbit bumi mendekati dan melewati partikel sisa ekor Komet Tempel-Tuttle tersebut. Ketika sisa ekor komet tersebut bergesekan dengan atmosfer bumi maka akan menghasilkan kilatan-kilatan cahaya, dan inilah yang kita namakan sebagai Hujan Meteor Leonids. Hujan meteor ini tidaklah berbahaya bagi kehidupan di bumi, karena meteor-meteor ini akan habis terbakar di atmosfer sebelum mencapai permukaan, sehingga meteor ini hanya akan mempercantik langit malam, tidak lebih.
Hujan meteor ini dapat diamati oleh seluruh penduduk Indonesia dari tanggal 10 hingga 20 November, namun demikian puncak dari Hujan Meteor Leonids akan terjadi pada tanggal 18 November dengan intensitas 20 meteor per jam. Sementara itu, waktu yang terbaik untuk menyimak hujan meteor ini adalah pada pukul 02.00 hingga 04.30 dini hari.
Namun demikian, diluar kendali kita, observasi Hujan Meteor Leonids kali ini akan sedikit terganggu oleh pantulan cahaya rembulan, seperti pada Leonids tahun 2010 lalu yakni ketika bulan dalam fase waxing gibbous. Demikian pula dengan bulan pada tanggal 18 November 2011 nanti yang akan terbit bersamaan dengan rasi leo mulai pukul 23.43 WIB, dengan fase bulan pada kuartil akhir. Sementara itu, gangguan lain yang juga mengancam adalah kondisi cuaca, karena mengingat bulan November ini, Indonesia sudah memasuki musim penghujan.
Dalam observasi Hujan Meteor Leonids ini, yang perlu teman-teman siapkan hanyalah tanah lapang yang menyuguhkan kenampakan langit timur (Rasi Leo) dengan kondisi minim polusi cahaya. Selain itu, pengamatan hujan meteor juga tidak memerlukan alat bantu seperti halnya teleskop maupun binokuler, karena hal itu malah akan mempersempit ruang pandang kita, jadi cukup dengan mata telanjang dan ruang terbuka saja.
source: kafeastronomi.com
Catat waktunya, Sabtu malam 10 Desember 2011. Inilah saat Bumi, Bulan dan Matahari menjalani kesejajaran yang mengagumkan. Bukan hanya sejajar, melainkan terletak pada satu garis lurus dengan Bumi ‘terjepit’ di tengah-tengah. Akibatnya Bulan akan berada di bawah bayang-bayang inti (umbra) dan tambahan (penumbra) Bumi selama beberapa jam sebelum purnama, tepat saat purnama dan selama beberapa jam juga selepas purnama. Inilah Gerhana Bulan Total (GBT) terakhir di tahun 2011.Gerhana dapat disaksikan hampir di segenap penjuru Bumi kecuali kawasan Amerika Selatan, Afrika barat dan seluruh Samudera Atlantik. Hanya saja tidak semuanya mampu menyaksikan seluruh tahap gerhana. Indonesia termasuk beruntung. Sebab bersama seluruh Asia Tenggara, Australia, Asia Timur dan Rusia merupakan satu-satunya akwasan yang dapat menyaksikan seluruh tahapan gerhana secara utuh. Kawasan lainnya hanya menyaksikan sebagian tahap gerhana, baik karena gerhana terjadi kala Bulan dalam proses terbit maupun dalam proses terbenam.
Gerhana mulai terjadi pada pukul 18:35 WIB ditandai dengan mulai bersentuhannya cakram Bulan terhadap penumbra. Pada saat itu Bulan telah menempati langit timur untuk beberapa lama setelah terbit. Namun tahap ini sulit untuk diidentifikasi mata kita tanpa menggunakan alat bantu apapun. Kita baru akan bisa menyaksikan gerhana secara kasat mata sebagai mulai ærobeknyaÆ Bulan sejak pukul 19:46 WIB saat cakram Bulan tepat mulai bersentuhan dengan umbra. Totalitas, yakni tertutupinya cakram Bulan secara sepenuhnya oleh umbra, terjadi antara pukul 21:07 WIB hingga 21:57 WIB selama 50 menit dengan puncak gerhana pukul 21:32 WIB. Saat itu Bulan telah beranjak ke kedudukan cukup tinggi di langit timur laut.
Namun kita takkan menyaksikan totalitas ini sebagi Bulan lenyap sepenuhnya. Kualitas atmosfer Bumi saat ini cukup bagus. Meskipun Bumi baru saja direjam letusan Gunung Merapi 2010 dan Gunung Eyjafjallajokul 2010, namun tidak terjadi pengotoran atmosfer khususnya pada lapisan stratosfer. Pengotoran akibat letusan gunung berapi hanya bisa terjadi jika letusannya sedahsyat letusan Gunung Krakatau 1883 atau sedikit lebih rendah. Peristiwa itu terakhir kali terjadi dua dasawarsa silam dalam letusan Gunung Pinatubo 1991, meskipun kekuatan letusannya hanya sepatuh letusan Gunung Krakatau 1883.
Sehingga pada saat totalitas terjadi, Bulan akan terlihat memerah-darah dengan kecemerlangan setara Jupiter. Ini membuat langit malam menggelap, memungkinkan benda-benda langit yang semula tak nampak akibat terkalahkan benderangnya cahaya Bulan jelang purnama menjadi terlihat.
Selepas pukul 21:57 WIB berangsur-angsur umbra mulai meninggalkan cakram Bulan sehingga Bulan kembali mulai terlihat dan langit mulai benderang lagi. Umbra tepat meninggalkan cakram Bulan pada pukul 23:16 WIB. Inilah akhir gerhana secara kasat mata. Namun secara teknis gerhana baru benar-benar berakhir selepas tengah malam, tepatnya pukul 00:28 WIB, saat cakram Bulan tepat sepenuhnya meninggalkan umbra. Sehingga Bulan kembali lagi ke statusnya sebagai Bulan lepas purnama.
GBT terjadi tatkala Bulan sedang melintas di rasi Taurus sehingga pada saat puncak gerhana, Bulan ada di latar depan selempang Bima Sakti. Inilah galaksi tempat Matahari dan seluruh tata surya berada, sekaligus salah satu galaksi terbesar dan tertua dalam jagat raya serta galaksi ‘monster’ yang telah menelan sejumlah galaksi kecil lainnya yang kebetulan berpapasan. Beberapa bintang terang akan terlihat mendampingi Bulan. Misalnya saja bintang Sirius, bintang paling terang di langit setelah Matahari. Pun demikian bintang Aldebaran dan Betelgeuse, dua maharaksasa yang demikian besarnya sehingga bila berdampingan dengan Matahari kita, Matahari nampak sangat kerdil. Padahal Bumi kita pun hanya setitik debu bila dijejerkan dengan Matahari. Pada titik ini, jika kita masih merasa jauh lebih besar dari segala apapun yang ada di alam semesta ini, ya kebangeten…
Beberapa benda langit lainnya pun dapat terlihat. Misalnya saja Jupiter sang planet raksasa itu. Di dekat Bulan pada saat puncak gerhana juga bisa terlihat gugus tujuh bintang bersaudara alias Pleiades. Asterisme yang menjadi penanda musim dingin, yakni segienam musim dingin, pun berpotensi terlihat di sisi timu Bulan. Sedangkan di langit selatan dua galaksi kecil nan redup tetangga Bima Sakti, masing-masing galaksi Awan Magellan Kecil dan Awan Magellan Besar, pun berpotensi terlihat.
Setiap gerhana Bulan adalah unik dan berbeda dibanding gerhana-gerhana sebelumnya. Inilah pentingnya pengamatan gerhana. Selain menjadi bagian mengagumi kebesaran Allah SWT, juga sebagai waktu untuk beribadah, mengedukasi publik dan melaksanakan sejumlah penelitian.
Sayangnya GBT terakhir 2011 ini bertepatan dengan awal musim hujan bagi sebagian besar Indonesia. Meskipun demikian masih ada peluang gerhana ini dapat disaksikan. Prediksi BMKG memperlihatkan puncak musim hujan baru akan berlangsung Januari 2012 kelak. Sementara anomali cuaca dalam wujud Madden-Julian Oscillation (MJO), yang menghasilkan hujan sangat deras pada awal November lalu, kemungkinan besar baru hadir lagi di pertengahan-akhir Desember. Sehingga gerhana dapat disaksikan meski tidak dalam seluruh tahapnya.
souce: kafeastronomi.com
Gerhana mulai terjadi pada pukul 18:35 WIB ditandai dengan mulai bersentuhannya cakram Bulan terhadap penumbra. Pada saat itu Bulan telah menempati langit timur untuk beberapa lama setelah terbit. Namun tahap ini sulit untuk diidentifikasi mata kita tanpa menggunakan alat bantu apapun. Kita baru akan bisa menyaksikan gerhana secara kasat mata sebagai mulai ærobeknyaÆ Bulan sejak pukul 19:46 WIB saat cakram Bulan tepat mulai bersentuhan dengan umbra. Totalitas, yakni tertutupinya cakram Bulan secara sepenuhnya oleh umbra, terjadi antara pukul 21:07 WIB hingga 21:57 WIB selama 50 menit dengan puncak gerhana pukul 21:32 WIB. Saat itu Bulan telah beranjak ke kedudukan cukup tinggi di langit timur laut.
Namun kita takkan menyaksikan totalitas ini sebagi Bulan lenyap sepenuhnya. Kualitas atmosfer Bumi saat ini cukup bagus. Meskipun Bumi baru saja direjam letusan Gunung Merapi 2010 dan Gunung Eyjafjallajokul 2010, namun tidak terjadi pengotoran atmosfer khususnya pada lapisan stratosfer. Pengotoran akibat letusan gunung berapi hanya bisa terjadi jika letusannya sedahsyat letusan Gunung Krakatau 1883 atau sedikit lebih rendah. Peristiwa itu terakhir kali terjadi dua dasawarsa silam dalam letusan Gunung Pinatubo 1991, meskipun kekuatan letusannya hanya sepatuh letusan Gunung Krakatau 1883.
Sehingga pada saat totalitas terjadi, Bulan akan terlihat memerah-darah dengan kecemerlangan setara Jupiter. Ini membuat langit malam menggelap, memungkinkan benda-benda langit yang semula tak nampak akibat terkalahkan benderangnya cahaya Bulan jelang purnama menjadi terlihat.
Selepas pukul 21:57 WIB berangsur-angsur umbra mulai meninggalkan cakram Bulan sehingga Bulan kembali mulai terlihat dan langit mulai benderang lagi. Umbra tepat meninggalkan cakram Bulan pada pukul 23:16 WIB. Inilah akhir gerhana secara kasat mata. Namun secara teknis gerhana baru benar-benar berakhir selepas tengah malam, tepatnya pukul 00:28 WIB, saat cakram Bulan tepat sepenuhnya meninggalkan umbra. Sehingga Bulan kembali lagi ke statusnya sebagai Bulan lepas purnama.
GBT terjadi tatkala Bulan sedang melintas di rasi Taurus sehingga pada saat puncak gerhana, Bulan ada di latar depan selempang Bima Sakti. Inilah galaksi tempat Matahari dan seluruh tata surya berada, sekaligus salah satu galaksi terbesar dan tertua dalam jagat raya serta galaksi ‘monster’ yang telah menelan sejumlah galaksi kecil lainnya yang kebetulan berpapasan. Beberapa bintang terang akan terlihat mendampingi Bulan. Misalnya saja bintang Sirius, bintang paling terang di langit setelah Matahari. Pun demikian bintang Aldebaran dan Betelgeuse, dua maharaksasa yang demikian besarnya sehingga bila berdampingan dengan Matahari kita, Matahari nampak sangat kerdil. Padahal Bumi kita pun hanya setitik debu bila dijejerkan dengan Matahari. Pada titik ini, jika kita masih merasa jauh lebih besar dari segala apapun yang ada di alam semesta ini, ya kebangeten…
Beberapa benda langit lainnya pun dapat terlihat. Misalnya saja Jupiter sang planet raksasa itu. Di dekat Bulan pada saat puncak gerhana juga bisa terlihat gugus tujuh bintang bersaudara alias Pleiades. Asterisme yang menjadi penanda musim dingin, yakni segienam musim dingin, pun berpotensi terlihat di sisi timu Bulan. Sedangkan di langit selatan dua galaksi kecil nan redup tetangga Bima Sakti, masing-masing galaksi Awan Magellan Kecil dan Awan Magellan Besar, pun berpotensi terlihat.
Setiap gerhana Bulan adalah unik dan berbeda dibanding gerhana-gerhana sebelumnya. Inilah pentingnya pengamatan gerhana. Selain menjadi bagian mengagumi kebesaran Allah SWT, juga sebagai waktu untuk beribadah, mengedukasi publik dan melaksanakan sejumlah penelitian.
Sayangnya GBT terakhir 2011 ini bertepatan dengan awal musim hujan bagi sebagian besar Indonesia. Meskipun demikian masih ada peluang gerhana ini dapat disaksikan. Prediksi BMKG memperlihatkan puncak musim hujan baru akan berlangsung Januari 2012 kelak. Sementara anomali cuaca dalam wujud Madden-Julian Oscillation (MJO), yang menghasilkan hujan sangat deras pada awal November lalu, kemungkinan besar baru hadir lagi di pertengahan-akhir Desember. Sehingga gerhana dapat disaksikan meski tidak dalam seluruh tahapnya.
souce: kafeastronomi.com
A rippled dune front in Herschel Crater on Mars moved an average of about two meters (about two yards) between March 3, 2007 and December 1, 2010. Image credit: NASA/JPL-Caltech/Univ. of Ariz./JHUAPL |
"Mars either has more gusts of wind than we knew about before, or the winds are capable of transporting more sand," said Nathan Bridges, planetary scientist at the Johns Hopkins University's Applied Physics Laboratory in Laurel, Md., and lead author of a paper on the finding published online in the journal Geology. "We used to think of the sand on Mars as relatively immobile, so these new observations are changing our whole perspective."
While red dust is known to swirl all around Mars in storms and dust devils, the planet's dark sand grains are larger and harder to move. Less than a decade ago, scientists thought the dunes and ripples on Mars either did not budge or moved too slowly for detection.
MRO was launched in 2005. Initial images from the spacecraft's High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) camera documented only a few cases of shifting sand dunes and ripples, collectively called bedforms. Now, after years of monitoring the Martian surface, the spacecraft has documented movements of a few yards (or meters) per year in dozens of locations across the planet.
The air on Mars is thin, so stronger gusts of wind are needed to push a grain of sand. Wind-tunnel experiments have shown that a patch of sand would take winds of about 80 mph (nearly 130 kilometers per hour) to move on Mars compared with only 10 mph (about 16 kilometers per hour) on Earth. Measurements from the meteorology experiments on NASA's Viking landers in the 1970s and early 1980s, in addition to climate models, showed such winds should be rare on Mars.
The first hints that Martian dunes move came from NASA's Mars Global Surveyor, which operated from 1997 to 2006. But the spacecraft's cameras lacked the resolution to definitively detect the changes. NASA's Mars Exploration Rovers also detected hints of shifting sand when they touched down on the Red Planet's surface in 2004. The mission team was surprised to see grains of sand dotting the rovers' solar panels. They also witnessed the rovers' track marks filling in with sand.
"Sand moves by hopping from place to place," said Matthew Golombek, a co-author of the new paper and a member of the Mars Exploration Rover and Mars Reconnaissance Orbiter teams at NASA's Jet Propulsion Laboratory in Pasadena, Calif. "Before the rovers landed on Mars, we had no clear evidence of sand moving."
Not all of the sand on Mars is blowing in the wind. The study also identifies several areas where the bedforms did not move.
"The sand dunes where we didn't see movement today could have larger grains, or perhaps their surface layers are cemented together," said Bridges, who also is a member of the HiRISE team. "These studies show the benefit of long-term monitoring at high resolution."
According to scientists, the seemingly stationary areas might move on much larger time scales, triggered by climate cycles on Mars that last tens of thousands of years. The tilt of Mars' axis relative to its orbital plane can vary dramatically. This, combined with the oval shape of Mars' orbit, can cause extreme changes in the Martian climate, much greater than those experienced on Earth. Mars may once have been warm enough that the carbon dioxide now frozen in the polar ice caps could have been free to form a thicker atmosphere, leading to stronger winds capable of transporting sand.
HiRISE is operated by the University of Arizona in Tucson. The instrument was built by Ball Aerospace & Technologies Corp. of Boulder, Colo. The Mars Exploration Rovers Opportunity and Spirit were built by JPL. JPL also manages the Mars Reconnaissance Orbiter and Mars Exploration Rover projects for NASA's Science Mission Directorate in Washington. Lockheed Martin Space Systems of Denver is NASA's industry partner for the Mars Reconnaissance Orbiter Project and built the spacecraft.
JPL is managed for NASA by the California Institute of Technology in Pasadena.
A dune in the northern polar region of Mars shows significant changes between two images taken on June 25, 2008 and May 21, 2010 by NASA's Mars Reconnaissance Orbiter. Image credit: NASA/JPL-Caltech/Univ. of Ariz./JHUAPL › |